ACTIVITY BASED MANAGEMENT

 

MAKALAH ACTIVITY BASED MANAGEMENT

 

Disusun untuk memenuhi tugas akuntansi manajemen

 

Dosen Pengampu : Fatchur Rohman, SE. M.Pd. M.Si., CADE., CAAT.

 






 

 

Disusun Oleh :

 

 

1.      M.Rifki maulana f.a                (181110002340)

2.      Ahmad Maulana                     (181110002349)

 

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN AJARAN 2019/20


KATA PENGANTAR

 

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Activity Based Management”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Fatchur Rohman, SE. M.Pd. M.Si., CADE., CAAT. dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen di Universitas Islam NAHDLATUL ULAMA’ Jepara

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

 

Jepara, 14 Desember 2019

     Penulis

           

 

DAFTAR ISI


MAKALAH ACTIVITY BASED MANAGEMENT. 1

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

1.1        Latar Belakang. 1

1.2        Rumusan Masalah. 1

1.3        Tujuan Penulisan. 1

BAB II. 3

PEMBAHASAN.. 3

2.1        Definisi Activity Based Management 3

2.2        Tujuan dan Manfaat Activity Based Management 3

2.3        Pengukuran Kinerja Aktivitas. 4

2.4        Proses Aktivty based mangement 6

2.5        Bagaimana faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi ?. 10

BAB III. 11

ANALISIS / EVALUASI. 11

3.1       Gambaran Umum.. 11

3.2       Toko Buku Social Agency. 11

BAB IV.. 13

PENUTUP. 13

4.1        Kesimpulan. 13

4.2        Daftar Pustaka. 13

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat dan relevan telah mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas/Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Biaya berdasarkan aktivitas meningkatkan keakuratan mengalokasikan biaya dengan pertama-tama menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian sampai pada produk atau pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.

Analisis nilai proses di lain pihak, menekankan pada analisis aktivitas, yaitu mencoba untuk menetapkan mengapa melakukan aktivitas yang diperlukan secara lebih efisien, dan untuk menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi pelanggan. Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai bagi pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa itu Definisi Activity Based Management

2.      Apa itu Tujuan dan Manfaat Activity Based Management

3.      Apa itu Pengukuran Kinerja Aktivitas

4.      Bagaimana Proses Aktivty based mangement

5.  Bagaimana cara dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi

 

1.3  Tujuan Penulisan

1.      Untuk memahami maksud dari aktivity based management secara jelas

2.      Untuk mengetahui manfaat dan tujuan aktivity based management

3.      Agar mengetahui kinerja dan pengukuran kinerja aktivitas

4.      Untuk memahami proses bassed management

5.      Untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi

 

 

 

 



BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1     Definisi Activity Based Management

Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbanannya, karena setiap aktivitas adalah biaya. Manajemen berdasarkan  aktivitas adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan tujuan organisasi melalui proses perbaikan terus menerus. Perbaikan itu meliputi bidang alat kerja, metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat harga, kualitas produk, dan kualitas pelanggan.

Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber  daya yang dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan input  untuk  memperoleh output dan keuntungan.  Manajemen harus berusaha meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara sistematis. Aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar, merancang dan mengembangkan produk, membuat dan menjual produk, serta pelayanan purna jual produk. Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti pemeriksaan pekerjaan, pengerjaan ulang, memindahkan bahan baku dan barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu, dan penyimpanan. Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.

Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).

 

2.2     Tujuan dan Manfaat Activity Based Management

ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya oleh karena itu untuk mengelola organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen

dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).

2.2.1   Manfaat ABM menurut Supriyono (1999;356) adalah :

a.      Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-aktivitasnya.

b.      Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa.

c.      Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.

d.      Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.

 

2.3     Pengukuran Kinerja Aktivitas

Pengukuran kinerja aktivitas didesain untuk melihat bagaimana suatu aktivitas dan proses dilaksanakan, dan hasil yang diperolehnya. Pengukuran kinerja aktivitas juga didesain untuk mengungkapkan apakah perlu dilaksanakan improvement berkelanjutan terhadap aktivitas sehingga mampu menghasilkan value bagi customer.

Pengukuran kinerja aktivitas dilaksanakan baik dalam bentuk keuangan maupun non keuangan. Pengukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi, yaitu: efisiensi, kualitas dan waktu (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2001).

Efisiensi memfokuskan hubungan antara masukan dan keluaran aktivitas. Kualitas berkaitan dengan apakah aktivitas sudah dilakukan dengan benar sejak pertama kali aktivitas tersebut dilaksanakan. Waktu yang digunakan dalam menjalankan suatu aktivitas juga merupakan faktor penting. Karena semakin lama waktu untuk menjalankan suatu aktivitas maka semakin banyak pula sumber daya yang dikonsumsi untuk menjalankan aktivitas tersebut.

Dalam hal ini, ukuran kinerja keuangan harus dapat memberikan informasi mengenai dampak perubahan kinerja aktivitas yang dinyatakan dalam satuan uang (Supriyono, 1999). Oleh karena itu, ukuran keuangan harus mampu menunjukkan pengurangan biaya yang sesungguhnya dicapai maupun yang secara potensial dapat dicapai. Ukurang kinerja keuangan terhadap efisiensi aktivitas mencakup (Mulyadi dan Johny S., 2001):

Laporan Biaya Aktivitas Bernilai Tambah dan Tidak Bernilai Tambah
Untuk memungkinkan manajemen dalam mengelola aktivitas, maka
sistem informasi biaya yang ada harus memisahkan biaya bernilai tambah dan biaya yang tidak bernilai tambah. Pemisahan biaya-biaya tersebut diperlukan agar manajemen:

Dapat lebih memusatkan perhatian terhadap biaya yang tidak bernilai tambah

Menyadari besarnya pemborosan yang sedang terjadi

Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas dengan menyajikan biaya yang tidak bernilai tambah kepada manajemen dalam bentuk perbandingan antar periode.

Laporan trend biaya aktivity Manajemen memerlukan perbandingan biaya setiap aktivitas antar periode akuntansi. Maka apabila pengelolaan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen sudah efektif, sebagai hasilnya adalah menurunnya biaya yang tidak bernilai tambah dari periode sebelumnya ke periode sesudahnya. Benchmarking Benchmarking merupakan penggunaan praktik terbaik sebagai standar untuk mengukur kinerja aktivitas. Praktik terbaik dapat berasal dari dalam perusahaan maupun dari perusahaan lain dalam industri. Apabila praktik terbaik berasal dari dalam perusahaan, aktivitas unit tertentu yang dipandang terbaik ditetapkan sebagai standar, dan aktivitas yang sama di dalam unit organisasi lain menjadikan standar tersebut sebagai acuan kinerja aktivitas.

Sebagai contoh, misalnya dalam aktivitas pembelian akan diukur kinerjanya berdasarkan benchmark yang diterapkan berdasar kos persatuaan transaksi pembelian yang dilaksanakan oleh fungsi pembelian. Jumlah transaksi pembelian (yang terdapat dalam dokumen surat order pembeliaan) merupakan ukuran kinerja aktivitas pembelian.

Misalnya biaya fungsi pembelian unit organisasi tertentu (yang dipandang terbaik aktivitas pembeliannya) dianggarkan untuk tahun anggaran tertentu sebesar Rp 250.000 dan transaksi pembeliaan diperkirakan sebanyak 50 kali. Dengan demikian, setiap surat order pembeliaan yang dibuat oleh fungsi pembelian tersebut memerlukan biaya Rp 5.000 per surat order pembelian sebagai benchmark. Apabila terdapat organisasi yang masih mengkonsumsi biaya per satuan surat order pembelian sebesar Rp 6.000, pihak manajemen organisasi tersebut perlu merancang untuk melakukan improvement terhadap aktivitas pembelian di organisasinya.

Dengan melakukan benchmarking, unit organisasi dapat memperoleh praktik terbaik dan standar ini dapat digunakan untuk memotivasi improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan nilai bagi customer.

Activity Based Budgeting Activity based budgeting adalah penyusunan anggaran biaya per aktivitas untuk memungkinkan manajer memprediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dalam periode anggaran. Di lain pihak, activity based budgeting merupakan anggaran yang disusun untuk berbagai tingkat aktivitas dan menggunakan berbagai jenis pemacu biaya yang memungkinkan manajer merencanakan dan memantau improvement terhadap aktivitas secara lebih seksama.

Life Cycle Cost Budgeting Daur hidup produk merupakan jangka waktu hidup produk, mulai dari tahap mengenalkan produk sampai tahap meninggalkan produk. Selama daur hidup produk, timbul biaya yang disebut biaya daur hidup produk. Baiya daur hidup produk adalah semua biaya yang berhubungan dengan seluruh daur hidup produk. Biaya daur hidup produk terdiri dari biaya pengembangan, biaya produksi dan biaya pendukung logistik. Life cycle cost budgeting adalah penentuan di muka biaya daur hidup produk sebelum produk dikembangkan.

Perencanaan dan pengendalian biaya daur hidup produk dapat membantu manajemen dalam merencanakan produk baru di masa depan, menilai pengaruh keputusan pengembangan produk terhadap biaya operasional dan biaya pendukungnya, mengendalikan dan menilai kinerja.

 

2.4     Proses Aktivty based mangement

Business process analysis :

1. Pengurangan biaya (cost reduction) dilandasi oleh keyakinan bahwa pemahaman secara mendalam terhadap proses bisnis dan improvement berkelanjutan terhadap proses tersebut merupakan penentu efektivitas pengelolaan biaya         

2. Pergeseran paradigma terhadap organisasi; dari organisasi sebagai sekelompok fungsi/departemen ke organisasi sebagai sekumpulan proses.

 

 Business Process Analysis dilakukan dengan tujuan untuk:

1.      Memberikan panduan dalam program pengurangan biaya dan cycle time

2.      Improvement terhadap kualitas proses

3.      Usaha lain dalam meningkatkan kinerja organisasi

       Tahap Business Process Analysis  Mengidentifikasi business process

Process Value Analysis

Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan pada upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada performance individu. Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:

 

1.      Driver analysis untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu Aktivitas

Setiap aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas merupakan sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan output aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Output yang dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan kuantitatif tertentu yang disebut dengan Activity Output Measure.

Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan menyebabkan perubahan jumlah biaya aktivitas, akan tetapi satuan ukuran output aktivitas tidak selalu berhubungan langsung dengan penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karen aitu perlu dilakukan suatu analisa yang disebut dengan analisa driver. Analisa Driver bertujuan untuk menunjukan penyebab munculnya biaya aktivitas.

2.      Activity analysis untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen tentang aktivitas tersebut. Analisa aktivitas akan diuraikan di bawah ini.

Analisa aktivitas merupakan inti dari process value analysis. Analisa aktivitas merupakan suatu proses identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4 pertanyaan berikut ini:

a.       Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?

b.      Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?

c.       Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas?

d.      Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan organisasi termasuk rekomendasi untuk teyap mempetahankan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi.

Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas adalah penentuan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh karena itu dalam analisa aktivitas, aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:

a.       Aktivitas bernilai tambah (value-added activities)

Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan kegiatan operasional perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan dan sudah dilaksanakan dengan efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut dengan biaya aktivitas bernilai tambah. Biaya ini merupakan biaya yang seharusnya terjadi dalam melaksanakan sutau aktivitas. Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas bernilai tambah meliputi:

- Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang dilaukan untuk memuhi peraturan atau perundangan yang berlaku.

- Discretionary activities, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi 3 kriteria berikut yaitu (1) aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau bentuk (2) perubahan sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan oleh aktivitas sebelumnya (3) aktivitas yang memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.

 

b.      Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activities)

Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan tetapi dilaksanakan dengan tidak efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya inilah yang harus dieliminasi karena menimbulkan adanya pemborosan.

Contohnya:

-  Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses produksi untuk setiap jenis produk

-   Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang dalam proses dan barang jadi dari satu dept. ke departemen lain.

-  Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya bahan baku, menunggu datangnya BDP yang dikirimkan dari bagian atau departemen lain

-   Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk meyakinkan bahwa barang telah memenuhi spesifikasi atau kualitas yang diharapkan.

-  Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang Dalam Proses, produk selesai sebagai persediaan di gudang menunggu waktu pemakaian atau pengiriman.

 

Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya (cost reduction) yang ditimbulkan karena adanya continues improvement. Dalam lingkungan yang kompetitif, perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang diinginkan konsumen, dalam waktu yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan yang terus menerus dalam melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat menurunkan biaya malalui dengan 4 cara berikut ini:

a.       Activity elimination

Memfokuskan pada Aktivitas tidak bernilai tambah, dengan mengidentifikasikan kemudian mengeliminasi aktivitas tersebut.

b.      Activity selection

Pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda disebabkan kerena srtategi yang saling bersaing. Strategi berbeda membutuhkan aktivitas berbeda. Dipilih aktivitas yang biayanya rendah untuk hasil yang sama.

c.       Activity reduction

Pengurangan waktu dan konsumsi sumber ekonomi yang diperlukan suatu aktivitas. Pendekatan ini terutama ditujukan untuk pengingkatan efisiensi dan peningkatan aktivitas tidak bernilai tambah dapat dihilangkan.

d.      Activity sharing

Peningkatan efisiensi aktivitas dengan memanfaatkan skala ekonomi, khususnya dengan meningkatkan jumlah kuantitas cost driver tanpa meningkatkan biaya aktivitasnya.

3.      Activity Performace Measurement yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatuaktivitas dengan menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial. Alat ukut yang digunakan harus mampu mengetahui bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara terus menerus dilakukan perusahaan

 

2.5     Bagaimana faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi ?

 

Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan system manajemen biaya yang baru ke dalam suatu organisasi tidak secara otomatis bisa diterima oleh organisasi tersebut. Karyawan dari organisasi tersebut umumnya cenderung untuk menolak perubahan yang terjadi, karena perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:

a)      Budaya Organisasi

Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk perilaku, nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu organisasi.

b)      Top management support and commitment

Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti ABM dan ABC membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan penerapannya.

c)      Change process

Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.

d)     Continuing education

Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah penting. Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya yang baru membutuhkan keahlian, peran serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi.


BAB III

ANALISIS / EVALUASI 

 

Hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini berupa deskripsi mengenai mekanisme jual beli melalui internet, pembahasan tentang pemenuhan hak-hak konsumen oleh penjual serta hambatan-hambatan pelaksanaan pemenuhan hak hak konsumen dalam transaksi jual beli melalui internet.

3.1  Gambaran Umum

A.    Profil Lokasi Peneletian

Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat di daerah Yogyakarta, antara lain di Toko Buku Social Agency, Kost-net, dan toko online Sista Smartzoper. Ketiga tempat ini merupakan toko yang menjalankan usahanya, baik secara langsung maupun melalui media online. Berikut merupakan gambaran umum mengenai lokasi penelitian:

3.2  Toko Buku Social Agency

Toko Buku Social Agency merupakan salah satu toko yang menyediakan kebutuhan buku bagi masyarakat, baik masyarakat lokal di Yogyakarta maupun di luar daerah. Social Agency di sini menawarkan varian buku yang lengkap dari berbagai penulis dan bidang ilmu, baik ilmu pendidikan, hukum, ekonomi, dan sebagainya. Di Yogyakarta sendiri, toko ini tidak hanya terletak di Jalan Godean  Km.3 No.2, akan tetapi memiliki beberapa cabang, antara lain terletak di  Jl. Affandi 43 Mrican, Jl. Prof. Dr. Ir.     Herman Yohannes  1170, Jl. Laksda Adisucipto            22 Ambarukmo, serta di Jl. Kaliurang Km. 8,5. 

Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, Social Agency kemudian mengembangkan usahanya agar lebih maju, tidak hanya melakukan bisnis secara offline, akan tetapi juga ditambah dengan mengakomodir kecanggihan media online.  Dengan media online inilah Social Agency dapat menjangkau pasar jauh lebih luas, tidak hanya di Yogyakarta saja, akan tetapi juga di lingkup nasional dengan mengakses melalui website www.socialagencybaru.com. Dengan mengakses situs ini, pembeli tidak perlu datang langsung ke toko, cukup membeli buku tersebut melalui media online.


B.     Kost-net

Kost-net merupakan toko yang menyediakan berbagai perangkat jaringan baik kabel maupun nirkabel dari berbagai vendor yang terletak di Jl. Ambarasri, Gowok, Yogyakarta. Beberapa produk yang disediakan antara lain Mikrotik Indoor, Modem ADSL,  Wireless Adapter, dan sebagainya. Selain menjual perangkat wireless, kost-net juga melayani jasa pemasangan instalasi jaringan wireless. Pembelian barang di Kost-net dapat dilakukan secara online, yakni dengan mengakses situs www.kost-net.com. Kost-net ini dijalankan dan dimiliki oleh dua owner yakni Miswar Rofik dan Wartoyo dengan beberapa pegawai, baik yang bertugas mengepak barang maupun sebagai kurir pengirim barang.

C.    Sista Smartzoper

Sista Smartzoper merupakan salah satu jenis usaha yang transaksi bisnisnya dilakukan dengan menggunakan transaksi online, baik melalui jejaring sosial media facebook milik Sista Dwi Riana sebagai owner dari usaha tersebut. Alamat online shop tersebut dapat diakses melalui situs  www.facebook/sistadwiriana  maupun dengan group blackberry massanger yang dimiliki oleh Sista Smartzoper. Sista Smartzoper merupakan salah satu toko online yang menjual produk fashion, diantaranya pakaian, dress, tas, sepatu, dan sebagainya. Untuk memperkenalkan produk kepada konsumen, Sista Smartzoper memasang display barang dagangannya di jejaring facebook  maupun picture group blackberry massanger.


BAB IV

PENUTUP

4.1   Kesimpulan

 

Manajemen berdasarkan aktivitas berfokus pada aktivitas dengan tujuan berfokus memperbaiki nilai bagi pelanggan dan meningkatkan profitabilitas yang kokoh. Analisis nilai proses melibatkan analisis penggerak biaya, analisis aktivitas, dan pengukuran kinerja. Dimensi ini lah yang menghubungkan analisis volume proses dengan konsep perbaikan lanjutan. Kinerja aktivitas dievaluasi dengan menggunakan tiga dimensi: efesiensi, kualitas dan waktu. Penulusuran biaya yang digerakkan pelanggan kepada pelanggan dapat menyediakan informasi penting untuk manajer. Keakuratan biaya pelanggan memungkinkan para manajer untuk membuat keputusan penentuan harga, keputusan bauran pelanggan, dan keputusan yang berhubungan dengan pelanggan secara lebih baik, sehingga dapat memperbaiki profitabilitas. Sama halnya, penulusuran biaya yang digerakkan pemasok kepada pemasok akan memungkiinkan manajer untuk memilih pemasok yang benar-benar berbiaya rendah sehingga menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih tinggi dan meningkatkan profitabilitas untuk memperoleh laba.

 

4.2  Daftar Pustaka

  • Bambang Hariadi, Akuntansi Manajemen Sudut Pandang, BPFE, Yogyakarta, 2002
  • Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, Akuntansi Manajemen, Erlangga, Jakarta, 1999

·         D2bnuhatama.(2012), Activity Based Management (ABM). Tersedia http://d2bnuhatama.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)

 


 

 

 

 

0 Comments